Meski langit tak pernah bicara
Akankah kita tetap membisu??
Membisu ketika mendung menutupi bulan
Membisu ketika bintang terlambat hadir
Akan ada masa di dalam diri manusia lembah tergelapnya
Palung di dasar laut paling dalam tanpa cahaya…
Hai jiwa yang engkau yang masih menghamba pada berhala nampak dan tak tampak….
Kau sombong di tengah lautan tak berbatas
Padahal ketika badai mengepung dan semua patung terpana
Kau buang berhalamu jauh ke dasar iman
Dan kau sembah Tuhan yang satu serasa menghamba
Dan lupa kau pernah sombong dan tertawa bahak akan bahteramu
Wahai jiwa yang dalam gelap terkepung kematian di antara deburan ombak maut
Kau yang ketika nikmat melimpah lupa pada Tuhanmu
Tersesat jauh lagi nanar bak merjan yang tak pernah ditemu
Hinalah diri ketika semua nikmat telah terlimpahkan dan kita kembali alpa
Dan terlanjur menghamba lagi pada kesesatan
Sungguh begitu banyak nikmat ini namun kita selalu kufur….
Meranalah berhala yang kau buang di dasar lautan ketika badai mengepung
Bak semua sinar kembali datang
Kau selami berhala itu dan kau sembah lagi
Hei jiwa yang hina Tuhan yang mana yang sejati kamu sembah??
Apakah nafsu apakah duniawi atau setani??
Sungguh ini hanyalah permainan dan sendau gurau belaka
Hancurlah semua amal ketika Tuhan salah kita sembah
Niat melesat terpanah nafsu
Terjungkir dari batas antara nurani dan hampa
Mata mulut rasa kemudian jujur mencurahkan nista
Bukankah ini semua akan ditanya setiap detik dari tiap degup jantung….
Lalu masih saja lalai melihat jiwa yang lain??
Padahal jiwa yang hina ini layak disesali sepenuh hati….
Ulang frase di tengah getir,,,,
Semua kan kembali pada penciptanya…
Lalu kenapa Berhala Yang dibuang di Tengah Laut, ketika badai menerjang dulu
Masih saja kau selami dan kau cari lagi saat nikmat melimpah ruah…..
dirimu hina…..