Makan Siang Yang Penuh Tangis

Siang itu seperti siang-siang yang biasanya, matahari tetap stay di atas kepala. Rumah masih saja ramai dengan lalu lalang kendaraan. Piringpun juga masih sama. Namun makan siang itu jadi berbeda.

Ketika ku mulai sebuah percakapan seadanya, tentang masalah padi dan nasi….

Oia makan siang itu kuhanya ditemani Ibuku tersayang, beliau selalu ada saat jam makan siang. Lantas aku pun bertanya pada ibuku masalah padi?? ibu.. masih adakah sodara yang menanam padi?? saya pengen belajar menanam padi.. tanyaku begitu..

Namun ibu jawab sudah tak ada. Tanya itu muncul seketika saat ku tanpa sadar ternyata bangsa kita mulai meninggalkan pekerjaan nenek moyang sebagai Petani. Yah aku tersadar ketika itu, kumasuki sebuah minimarket dan aku heran kenapa tanganku ini tak bisa membuat produk-produk seperti di sana?? ahh lantas aku berfikir tentang bahan pokok, ternyata bahan pokok pun sudah tak mampu aku membuatnya.

Ahh bodoh pikirku, kenapa ku tak mampu membuat seperti itu. Menanam Padi, bagaimana jadinya kelak saat minimarket itu tak ada, saat anak cucuku nanti mereka bakal membuat apa bila tak ada yang mengajari hal itu.

Tapi sudahlah masalah rejeki kan sudah di atur. Yang mungkin jadi beban pikiranku yakni karena celotehku… ketika ku bertanya pada ibuku

Bu kira-kira masih bisa buat nasi gak pake rice cooker gak?? ibu jawab bisa donk… lalu ke lempar tanya…. wah aku gak bisa bu… lalu gimana ya sama anak-anak generasi selanjutnya??? siapa yang bakal ngajarin mereka bikin nasi buat makan? kalo rice cooker sudah jadi ketergantungan…

Wah gimana ya bu besok kalo gak ada lagi orang Indoenesia yang bisa buat padi dan nasi??

gimana ya bu kalo besok kita mati, ibu pergi ninggalin adek sendirian??

tangisku pecah saat ibuku berkata…

Semoga besok kita kalo mati bareng” ya dek… tapi nabung amal dulu sebelum nanti pulang ke Allah…

besok kita kalo meninggal matinya bareng” ya dek…. uuhhhh sontak hatiku pengen menangis… mulut ingin berkata aamiin.. tapi aku teringat dosa-dosa.. mati.. mati apa yang sudah kusiapkan bila mati itu datang…

Namun aku lega saat ibuku berdoa seperti itu… bila saja ada malaiakat yang lewa dan mengaminkan doa ibuku tadi… MashaAllah betapa dahsyat Nya Allah kabulkan doa…

sebuah doa yang aku kaget namun aku suka banget bisa pulang ke Allah bareng ibuku… jadi aku gak bakal di tinggal sendirian aku gak cemas dengan masa depan lagi…

namun yang kucemaskan apakah dari amal-amalku ini adakah yang bakal Allah terima?? aku tak pernah tahu…. Ya Allah maafkan dosaku dan dosa ibu bapakku ya Allah selamatkan kami dari siksa alam kubur dan siksa di akhirat ya Allah dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka…

Ya Allah semoga Engkau kumpulkan kami di surgamu yang tertinggi bersama Nabi tercinta dan sahabatnya aamiin. aamiin Ya Rabbal alamin…

Sunggu makan siang itu aku pengen meledak nangis mewek gitu deh… Tapi kok aku malu diliat ibukku… tapi tetep aja tumpah tuh aer mata… terus ditanya kenapa sama ibuku?/ waduuhhh untung waktu itu lagi makan sambal.. terus ibukku bilang pedes apa sambalnya? aku cuma bisa nyengirr dan ngangguk saja…

Ya Allah bila doa ibuku itu Engkau wujudkan… matikanlah kami sekeluarga di Tanah Sucimu Ya Rabb,,, di Rumahmu di dunia ini… di negeri NabiMu ya Allah.. Mekkah Madinah… dan semoga kami dapat menjadi bagian dari keluarga dipemakaman baqi…

aaminnn… Ya Allah terus ajari kami untuk terus bersyukur atas segala nikmatmu ya Allah aamiin,…. maafkan dosa-dosa kami Ya Allah amiin,,…

Jadikanlah kami orang-orang yang sabar dengan semua ujian darimu dan ridho dengan segala ketentuanMu Ya Allah aamiin.. Selamatkanlah kami Ya Allah yang bodoh dan hina ini… orang-orang semuanya yang ikhlas hanya menyembah kepadaMu…

“(Ahli syurga itu ialah) orang-orang yang berdoa, “Ya Allah Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. Yaitu orang-orang yang sabar, orang-orang yang benar, orang-orang yang thaat, orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dan orang-orang yang memohon ampun di waktu  sahur”. (QS. Ali Imran: 16-17)


 

6 thoughts on “Makan Siang Yang Penuh Tangis

  1. Kisah sederhana yg bermakna, bikin saya mengingat2 kapan terakhir kali bicara hati ke hati sama ibu. Kesibukan anak2 yang sudah beranjak dewasa kadang membuat kami lupa/abai jika bapak-ibu pun sudah beranjak tua.

    Terima kasih atas sharingnya, mas!

Leave a reply to angkisland Cancel reply