Jangan senang dulu, jangan bahagia dulu, saat kita mendapatkan sesuatu. Bisa jadi ini, bisa jadi itu, bisa jadi banyak hal yang menyertainya. Namun terus pastikanlah dengan hal yang kita dapat itu, kita tak makin jadi boneka, yang boleh dimainkan siapa saja.
Namun berat bagi dia yangs udah lama, tercebur, bahkan sejak balita sudah diproyeksikan menjadi berita zaman, dan sudah dirancang menjadi bahan pembicaraan, jiwa macam itu akans ulit melepaskan dari perbudakan zaman dan menjadi boneka selamanya.
Maka tak bisa kita hindari lagi, saat kita terpasung dengan dunia, maka boneka baru buatan zaman akan terbuat lagi, saat tanda tangan itu terjadi, maka saat itulah boneka baru siap dimainkan, memainkan peran dan lakonnya, beretorika dengan kemajuan jaman, dan membuat terkubur yang hakiki.
Parodi makin terjalin satu demi satu tak mampu diuraikan makin ruwet dan ruwet, satu bisa keluar dalam hal hakiki namun terseret dalam keruwetan yang lain, akhirnya dia hanya menjadi boneka baru ditelan masa, dan menghamba pada dunia.
Maka jangan bahagia bila boneka itu berbalut satu dengan topeng kefanaan, dan ketenaran yang semu. Setiap yang menjadi perhatian akan langsung ditekan untuk menjadi boneka. Tak bisa dia berkelit, bila tak tahu mana yang benar, jiwa kan terjebak satu demi satu dengan nafsu yang terus menghujani tak pernah puas. Jiwa itu akan jadi boneka baru sepanjang tali kekang kematian tak jua hadir maka akan terus boneka dimainkan.
Namun kuhanya ingin menyadarkan jiwa boneka ini, bahwa setiap boneka tetap tak bernyawa, dan yang tak bernyawa dia telah menjadi bangkai yang berjalan. Dalam kegelapan dan penantian masa untuk semua ditanyakan nikmatnya.
boneka itu bukan susan lho….
boneka beneran angki?
oya mbak hehe pizzz tau deh gelap hehe
boneka di sini bisa menjadi analogi sebuah teknolog. teknologi bisa seperti boneka. teknologi adalah ciptaan manusia yang bisa mempengaruhi manusia sebagai kebalikannya
hehe iya mas yah boneka” peraban jaman akhirnya nih jiwa